Setitik keringat menjadi danau? Sungguh sangat tidak memungkinkan untuk orang awam, bahkan bukan orang awam pun mengatakan impossible. Setitik keringat menjadi danau hanyalah sebuah majas yang pantas diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Sebuah cerita dari seorang petani sayur. Dia hidup bisa dikatakan di bawah rata-rata. Dia hidup berkeluarga dengan seorang istri dan 5 anaknya yang masih kecil dan belia. Petani tersebut dan istrinya bekerja keras di ladang warisan orang tua sang istri dan seekor sapi warisan orang tua sang suami. Mereka bekerja hanya untuk menghidupi anak mereka bahkan kadang mereka pun tak makan asal anak mereka terpenuhi gizinya. Hasil panen sayur selalu di setorkanya ke agen-agen. Dalam menggarap ladangnya mereka hanya bermodalkan warisan, sehingga semuanya alami tanpa sintetik, pupuk menggunakan kotoran sapi, saluran irigasi di buatnya sendiri dari sungai terdekat sehingga sayur hasil mereka pun segar organik. Setelah 5 tahun mereka hidup seperti ini, pada suatu ketika sebuah toko swalayan yang menjual sayuran organik bertanya kepada agen penyalur sayur, diantarlah pemilik took swalayan tersebut ke rumah petani itu. Pemilik took itu pun menawarkan kerjasama dengan keluarga petani tersebut dan mereka pun sepakat. Setelah lama menjalin kerjasama kehidupan keluarga petani itu pun mulai berubah, mereka memperluas ladang dan membeli seekor sapi. Lama kelamaan pesanan sayur organik pun bertambah dari konsumen, kerjasama pun di perpanjang. Akhirnya keluarga petani itu mulai berbisnis sayur organik tidak hanya itu mereka juga merambah bisnis ternak sapi. Kehidupan mereka menjadi diatas rata-rata dengan penghasilan yang cukup luar biasa. Kerja keras mereka selama ini mendapat imbalan yang setimpal. Sejahteralah hidup mereka
Keringat yang tercurahkan untuk menyambung hidup selalu menetes dengan panasnya terik matahari menjadi sebuah danau yang di dalamnya terdapat kepuasan yang dicapai. Itulah makna dari sedikit cerita diatas
0 komentar:
Posting Komentar